Sekian lama aku tidak merasakan ini, penuh emosional, jantung naik turun, tangan bergetar, kaki ku dingin, mata ku benar tak lagi membendung semuanya, terlebih rasanya benar mau pecah dan runtuh. Mulutku sedari awal terkunci, tidak sepatah katapun muncul, Tuhan aku boleh ga sih nangis untuk alasan ini? Sudah sesak sekali rasanya. Aku salah, aku tau. Aku melanggar, aku juga tau. Apakah ini konsekuensi dari kesalahan? Ternyata istilah "Untuk segala sesuatu yang sudah terjadi, biarlah ia terjadi sebagaimana adanya. Berjalan pelan, tertunda, terhenti, tersesat, dan terlupakan. Semuanya termasuk bagian hidup yang mesti diterima." Kenapa menerima menjadi bahan yang paling pahit? Selalu ada bagian-bagian tertentu di hidup kita yang hanya bisa dijawab oleh sebuah penerimaan. Selalu ada peristiwa-peristiwa tertentu di hidup kita yang hanya bisa ditenangkan oleh sebuah kesabaran.
Di dalam Hadist Terkadang bertahan, melawan bukan menyerah begitu saja. Sehingga kalau ia mati tertembak karena sedang lari ketakutan ia bukan mati syahid, melainkan mati pengecut.