Langsung ke konten utama

Buku itu ngebosenin (titik)

Ehm.. sebagian orang bercita-cita pengen jadi pencinta buku atau dikenal sebagai kutu buku, tapi nyatanya baca itu menjadi hal paling membosankan untuk sebagian orang. Terlebih lagi kalo bukunya formal (ilmiah) dan berbahasa kaku, yang kalo dipikir gini "gimana mau nikmatin baca, buat ngertiin aja susah".

Gue sendiri ga suka baca kecuali terpaksa (ini jaman sekolah). Ya gimana lagi, gue bukan dr kalangan keluarga yang bener2 menanamkan budaya literasi sejak dini, yang memfasilitasi anaknya buku untuk selalu baca, dan intinya orang tua gue ga pernah memberi contoh untuk baca buku (meskipun selama sekolah, emang ada istilah wajib belajar/ lebih tepatnya belajar = ngerjain pr). Mungkin keluarga gue ini lebih mengutamakan hal lain di banding membaca dan keadaan orang tua yg udah capek kerja dr subuh sampai menjelang petang. Ya.. mungkin juga dr guenya sendiri emang belum ada kemauan juga kali haha..

Bagi gue saat itu, buku adalah benda yang membosankan, dimana melihatnya saja ingin kumakan habis, biar ga usah baca2 lagi dan saat membukanya gue merasa ditimang-timang (ngantuk).

Dan ini Beberapa faktor yang bikin anak ga suka baca menurut gue:
- sejak lancar membaca, anak disuguhkan buku pelajaran dibanding buku fantasi/cerita atau buku yang benar-benar anak minati
- anak di paksa membaca dan belajar meski sedang kondisi bad mood
- anak disuguhkan buku dan dipaksa mengerti, padahal belum porsinya
(Belajar Sampe mampus, tapi setelahnya bosan)
- tidak ada sosok yang memberikan contoh (misal dia pengen anaknya jadi kutu buku/ tapi dia main smartphone everywhere, dan bagi gue it's not fair) anak lebih banyak bertindak sesuai apa yg ia lihat dr lingkungan terdekatnya. Jadi kebanyakan bocah2 jaman now kecanduan hape itu bukan karena zamannya, tapi lebih bagaimana pola asuh dan lingkungan yg ia lihat tiap hari(Ini nyata)

Sejak SMP gue punya cita-cita pengen jadi kutu buku. Gue pengen menikmati setiap sudut kata yang mungkin penulis pengen sampaikan kepada pembaca. Tapi.. masalahnya gue ini orangnya bener2 bosenan, gue ga bisa fokus pada satu hal aja (kaya ngutek bukuuuuu... Terus)
Trus, mungkin sejak SMP bacaan gue lebih dominan kepada LKS yang hanya berwarna di bagian sampul dan dari halaman awal hingga akhir cuma ada 2 warna hitam dan abu2 (wkwk kertas aja burem guys).
Kok mulai SMP? Jaman SD gue ga punya buku pegangan (parah banget ya), ngandelin catetan doang haha.. namanya juga sekolah kampung, yang pegang buku cuma guru.

Waktu SMP, Alhamdulillah lingkungan pertemanan gue sedikit meningkat. Meningkatkan gimana? Ya pokoknya meningkatlah haha.. dari yg jaman SD temen cuma 1 kampung, waktu SMP udah se-kecamatan haha.. dari sekolah ini gue punya beberapa motivasi baca. Kebetulan gue kenal dan cukup akarab sama anak2 berperingkat di sekolah. Dari mereka gue belajar baca, lebih tepatnya belajar suka baca apapun! Dari mengenal novel tenlet, buku memasak, trik2 jitu dll. Kebiasaan berdekatan dengan mereka memaksa gue buat baca. Yang intinya kalo lagi sama mereka di perpus sekolah, yang biasanya gue cuma nemenin dan ngeliatin doang lama-lama gue malu, intinya gue cuma ikut-ikutan doang haha..

Jadi, di sekolah gue sering banget di ajak diskusi ini itu sama temen gue yg suka baca ini. Dia punya banyak sekali topik pembicaraan, yg kadang gue tau apa yg dia omongin tapi gue ga punya pengetahuan sebanyak yang iya tau. Pembahasannya ga melulu tentang pelajaran sekolah, malah sering nya di luar itu. Misalkan nanya tentang feminim atau maskulin, tentang wanita dewasa dll. Umum tapi gue ga paham. Hahha.. gue emang ga punya pengetahuan ttg itu semua saat itu, gue juga tau alasannya karena gue kurang baca, dan gue juga ga menjadi kutu buku saat itu. Wkwk..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode dan Cara Pengumpulan Data Statistik

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui 4 cara yaitu registrasi, sensus, survey, dan eksperimen. Namun, secara umum dalam statistik, dikenal dua cara pengumpulan data yaitu sensus dan survey. Registrasi/pencatatan . Istilah registrasi saat ini lebih kepada pencatatan secara individu melalui berbagai institusi. Misalnya pencatatan penduduk di desa-desa secara terus menerus. Setiap ada warga baru yang tinggal, lahir, maupun meninggal, maka warga yang terlibat atau pun perangkat desa melakukan pencatatan. Cara ini lebih dikenal dengan istilah catatan administrasi. Lembaga-lembaga swasta, banyak yang secara otomatis telah memanfaatkan catatan administrasi sebagai data statistik, seperti contoh pelaporan pasien Rumah sakit & perbankan. Sensus   yaitu cara pengumpulan data secara lengkap, dimana seluruh elemen dalam populasi yang menjadi objek penelitian diselidiki/dicacah satu per satu. Survei yaitu pengumpulan data dimana data yang diselidiki adalah elemen dari p

BAHASA JAWA DAN HARAPAN

Kalau kita semua selama ini dalam berfikir tentang budaya dan bahasa Jawa, bisa dikatakan sangat sederhana, bahkan cenderung kita pandang sebelah mata. mari mulai sekarang kita ubah cara pandang tersebut. Setelah kita semua memahami, kalau didalam budaya Jawa banyak terdapat ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dikembangkan untuk kemaslahatan orang banyak, pastilah kita akan berusaha untuk mempelajari bahasa Jawa. Karena bahasa Jawa merupakan pintu untuk memasuki atau membuka sebuah “Rumah Besar” yang disebut budaya Jawa tersebut. Setelah cara pandang kita terhadap budaya dan bahasa Jawa lebih komprehensif, pastilah yang kita dapat tidak hanya sebuah pengakuan kearifan lokal atau lokal genius tapi akan ada pengakuan global genius . Sementara itu, ada beberapa kalangan yang berfikir tidak suka budaya dan bahasa Jawa karena dianggapnya ruwet dan terlalu banyak aturan. Padahal harus kita sadari, kalau semakin tinggi suatu peradaban, akan semakin banyak dan detil dalam membuat

6.1. Perluasan Kaidah Menghitung

kaidah perkalian dan kaidah penjumlahan diatas dapat diperluas hingga mengandung lebih dari dua buah percobaan. Jika n buah pecobaan masing- masing mempunyai p 1, p 2 ,……, p n   hasil percobaan yang mungkin terjadi yang dalam hal ini   setiap   p 1 tidak bergantung pada pilihan sebelumnya, maka jumlah hasil percobaan yang mungkin terjadi   adalah: a.        p 1 x p 2 x ….. x p n              untuk kaidah perkalian b.       p 1 + p 2 + ….. + p n          untuk kaidah penjumlahan Contoh 6.8 jika ada sepuluh pertanyaan yang masing-masing bisa dijawab benar atau salah (B atau S) berapakah kemungkinan kombinasi jawaban yang dapat dibuat? Penyelesaian: Andaikan 10 pertanyaan tersebut sebagai 10 buah kotak, masing-masing kotak hanya berisi 2 kemungkinan jawaban, B atau S:   Disini kita menggunkan kaidah perkalian, karena kesepuluh kotak ini harus terisi dengan jawaban B atau S (kotak 1 dan kotak 2dan kotak 3 dan …. D