Selama ini
pemahaman tentang Jawa dalam masyarakat masih belum jelas dan masih simpang
siur. Ada sebagian masyarakat mengartikan Jawa adalah sekedar sebuah teritorial
(daerah/wilayah) dan sukuisme. Ada sebagian masyarakat mengartikan Jawa sebuah
makna filosofi atau karakter manusia yang baik, dalam bahasa Jawa disebut “beneh”.
Karena hal tersebut, mendorong LP3BJ & ORMAS "Raket Prasaja" Jawa
Timur mengadakan Seminar Nasional dengan tema “What Is Java”, untuk mendapatkan
sebuah pemahaman tentang Jawa yang benar atau paling tidak mendekati kebenaran.
Seminar tersebut diadakan di Balai Kota Malang pada tanggal 1 Agustus 2009,
yang merupakan kerjasama LP3BJ & ORMAS "Raket Prasaja" Jawa Timur
dengan Pemkot dan Pemkab Malang. Dalam seminar tersebut dihasilkan sebuah
pemahaman tentang Jawa, terdiri dari :
·
Jiwa Jawa (Spirit Of Java)
Dalam pengertian Jawa, huruf Jawa
dipahami kalau berlandaskan sangkan paraning dumadi atau asal muasal
muasal hidup dan kehidupan. Sedangkan kata hidup juga bisa bermakna jiwa.
Selama ini pemahaman masyarakat umum kalau semua huruf Jawa dipangku mati
(untuk mendapatkan huruf mati atau konsonan dalam sebuah kata). Dari 20 huruf
Jawa ternyata setelah kita kaji, hanya huruf JA dan WA saja yang dipangku tidak
mati. Berlandaskan hal tersebut, Ini berarti Jawa bermakna tidak pernah mati
atau selalu hidup. Hal ini merupakan nilai filosofi yang bermakna tinggi yang
bermaksud, siapapun kita, apapun suku kita, apapun keyakinan (agama) kita,
berapapun tinggi pendidikan atau kekayaan kita, seberapa rendah ilmu atau
kekayaan kita, kalau dipangku oleh situasi dan kondisi tersebut kita “mati”
(lupa daratan) berarti kita belum Jawa. Sehingga bisa disimpulkan Jiwa Jawa
berarti jiwa yang selalu hidup atau tidak pernah mati dalam situasi dan kondisi
apapun, Jawa selalu kreatif dan inovatif penuh kebijaksanaan dalam nilai-nilai
positif. Berarti makna kata Jawa tidak sekedar sebuah teritorial
(daerah/wilayah), sukuisme atau baik (jw:beneh)
·
Budaya Jawa (Javanese Culture)
Budaya berasal dari kata budi dan
daya, berarti budaya Jawa adalah segala budi (nalar) dan daya (kemampuan) dari
manusia Jawa. Dalam teori sebuah kehidupan manusia berawal dari:
1
Sewaktu bayi menangis atau belajar
bicara inilah, fase bahasa. Sedangkan yang dimaksud bahasa adalah merupakan
suatu sarana komunikasi yang disepakati bersama dalam sebuah komunitas. Ketika
bayi tersebut mulai besar dan mulai bisa bicara dengan bahasa yang tertata dan
indah, inilah fase sastra
2
Ketika anak manusia tersebut
melakukan berbagai kegiatan sehari-hari dan mulai mengenal lingkungan serta
masyarakat disekitarnya. Kegiatan sehari hari tersebut akan menjadi sebuah adat
kebiasaan dan ketika menjadi sebuah kesepakatan dalam masyarakat, kegiatan
tersebut menjadi sebuah tradisi dalam masyarakat, inilah fase adat &
tradisi.
3
ketika anak manusia tersebut
berkembang menjadi seorang remaja, dia akan mengenal berbagai keindahan dalam
kehidupan dan cinta kasih inilah fase seni budaya (tari, musik, gambar dan
luapan perasaan lainnya).
4
ketika manusia menyadari akan
kerasnya hidup dan kehidupan, mulailah dia berfikir untuk menjaga dirinya dari
bahaya. Sedangkan bahaya tersebut bisa dari musuh sesama manusia, penyakit atau
dari binatang maupun kondisi alam, inilah fase Jaga Raga. Dalam fase ini
manusia juga mempelajari pengobatan, disini ada pengobatan altenatif
(penggunaan mantra) dan pengobatan tradisional (jamu/ramuan). Dalam
perkembangannya pengobatan tradisional ini menjadi pengobatan modern ala medis
(kedokteran).
5
ketika manusia semakin dewasa dan
menyadari sebuah kehidupan, mulailah ada berbagai aturan atau pandangan hidup
(falsafah). Dalam kesadaran tersebut munculah pemahaman sebuah hidup dan
kehidupan serta adanya Sang Pecipta yang menciptakan hidup dan kehidupan
(spiritual).
Sehingga bisa disimpulkan budaya Jawa (Javanese
Culture) terdiri dari Bahasa & Sastra, Adat & Tradisi, Seni Budaya,
Jaga Raga dan Falsafah & Spiritual.
Komentar
Posting Komentar