Langsung ke konten utama

Kemandirian Emosional

Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self  (Brammer dan Shostrom, 1982), as cited in Ali dan Asrori, 2014:109) karena itu inti dari kemandirian.
       Menurut Hartinah (2011:99), kemandirian ialah sifat yang tidak bergantung pada orang lain. Ia akan berusaha menyelesaikan masalah dalam hidupnya sendiri. Ia akan berusaha menggunakan segenap kemampuan, inisiatif, daya kreasi, kecerdasannya dengan sebaik-baiknya.
       Menurut Douvan (Ambron, 1981:507), mengemukakan tiga perkembangan kemandirian remaja, yaitu “(1) kemandirian emosi, yang ditandai oleh kemampuan memecahkan ketergantungannya dari orang tua dan mereka dapat memuaskan kebutuhan kasih sayang dan keakraban di luar rumahnya; (2) kemandirian berprilaku, yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan tentang tingkah laku pribadinya; dan (3) kemandirian dalam nilai, yaitu pada saat remaja telah memiliki seperangkat nilai-nilai yang dikonstruksi sendiri, menyangkut baik-buruk, benar-salah, atau komitmennya terhadap nilai-nilai agama.
       Emosi merupakan reaksi individu terhadap suatu perubahan pada situasi yang sedemikian sehingga tidak dapat bertindak dengan situasi tertentu. Reaksi tersebut berupa terkejut, takut, senang, sedih, dan sebagainya (Patty F, 1992 dalam Ali dan Asrori, 2014).
       Daniel Goleman (dalam Ali dan Asrori, 2014:62), memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.
       Keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif (Chaplin, 2002, as cited in Desmita, 2013:116).
       Havighurs (1961) dalam Syamsu Yusuf LN (2014:79-80) mengemukakan pendapatnya tentang kemandirian emosional sebagai berikut:
a)        Hakikat tugas: Tujuan dari tugas perkembangan ini adalah (1) membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan atau bergantung pada orang tua, (2) mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orang tua, tanpa bergantung (terikat) kepadanya, dan (3) mengembangkan sikap respek terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.
b)        Dasar biologis. Secara biologis, remaja sudah dapat mencapai tugas perkembangan ini, karena mereka telah memperoleh kematangan seksualnya. Karena remaja tidak mendapatkan informasi secara memadai tentang seksual dalam keluarga, maka mereka mencarinya di luar keluarga dan mengembangkan simpul-simpul emosional kepada orang lain yang sebaya. Dalam hal ini, remaja mampu membebaskan ketergantungan emosionalnya kepada orangtua.

c)        Dasar psikologis. Secara psikologis mereka mengalami ambevalensi (sikap mendua). Di satu sisi, remaja ingin berkembang secara independent (mandiri), namun di sisi lain, melihat dunia dewasa yang asing dan rumit, mereka masih ingin mendapatkan kenyamanan hidupnya di bawah perlindungan atau kasih saying orang tua. Sama halnya dengan orang tua, di satu pihak mereka menginginkan anaknya berkembang mandiri, namun di pihak lain mereka merasa khawatir untuk melepasnya, karena melihat anaknya belum tahu apa-apa dan kurang pengalaman.

Komentar

  1. Kemandirian emosional berarti seseorang yang dapat merasakan kebahagiaan, kedamaian dan ketenteraman di dalam hatinya sendiri.
    Salam santun....
    hidup adalah PERJUANGAN
    Bahagia selamanya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSES PEMBUATAN KECAP DAN FERMENTASINYA

Mikroba yang terlibat dalam pembuatan kecap : 1)       Aspergillus sp. dan Rhizopus sp Mula-mula kedelai difermentasi oleh kapang Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. menjadi semacam tempe kedelai. Kemudian “tempe” ini dikeringkan dan direndam di dalam larutan garam. Garam merupakan senyawa yang selektif terhadap pertumbuhan mikroba. 2)       Zygosaccharomyces dan Lactobacillus Hanya mikroba tahan garam saja yang tumbuh pada rendaman kedelai tersebut. Mikroba yang tumbuh pada rendaman kedelai pada umumnya dari jenis khamir dan bakteri tahan garam, seperti khamir Zygosaccharomyces dan bakteri susu Lactobacillus . Mikroba ini merombak protein menjadi asam-asam amino dan komponen rasa dan aroma, serta menghasilkan asam. Fermentasi terjadi jika kadar garam cukup tinggi, yaitu antara 15 sampai 20%. Proses pembuatan kecap dan fermentasinya          Proses pembuatan kecap dapat dilakukan...

6.1. Perluasan Kaidah Menghitung

kaidah perkalian dan kaidah penjumlahan diatas dapat diperluas hingga mengandung lebih dari dua buah percobaan. Jika n buah pecobaan masing- masing mempunyai p 1, p 2 ,……, p n   hasil percobaan yang mungkin terjadi yang dalam hal ini   setiap   p 1 tidak bergantung pada pilihan sebelumnya, maka jumlah hasil percobaan yang mungkin terjadi   adalah: a.        p 1 x p 2 x ….. x p n              untuk kaidah perkalian b.       p 1 + p 2 + ….. + p n          untuk kaidah penjumlahan Contoh 6.8 jika ada sepuluh pertanyaan yang masing-masing bisa dijawab benar atau salah (B atau S) berapakah kemungkinan kombinasi jawaban yang dapat dibuat? Penyelesaian: Andaikan 10 pertanyaan tersebut sebagai 10 buah kotak, masing-masing kotak hanya berisi 2 kemungkinan jawaban, B atau S: ...

BAHASA JAWA DAN HARAPAN

Kalau kita semua selama ini dalam berfikir tentang budaya dan bahasa Jawa, bisa dikatakan sangat sederhana, bahkan cenderung kita pandang sebelah mata. mari mulai sekarang kita ubah cara pandang tersebut. Setelah kita semua memahami, kalau didalam budaya Jawa banyak terdapat ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dikembangkan untuk kemaslahatan orang banyak, pastilah kita akan berusaha untuk mempelajari bahasa Jawa. Karena bahasa Jawa merupakan pintu untuk memasuki atau membuka sebuah “Rumah Besar” yang disebut budaya Jawa tersebut. Setelah cara pandang kita terhadap budaya dan bahasa Jawa lebih komprehensif, pastilah yang kita dapat tidak hanya sebuah pengakuan kearifan lokal atau lokal genius tapi akan ada pengakuan global genius . Sementara itu, ada beberapa kalangan yang berfikir tidak suka budaya dan bahasa Jawa karena dianggapnya ruwet dan terlalu banyak aturan. Padahal harus kita sadari, kalau semakin tinggi suatu peradaban, akan semakin banyak dan detil dalam membuat...