Kurikulum matematika sekolah maupun dalam
pembelajaran matematika di sekolah selama ini ada kecendrungan kebiasaan
pembelajaran dengan pendekatan konvensional dengan urutan sebagai berikut :
1.
Diajarkan teori/definisi/teorema
2.
Diberikan contoh-contoh,
3.
Diberikan latihan soal (Soedjadi, 2001 :
1). Dalam latihan soal itu, pada umumnya kemudian siswa dihadapkan bentuk soal
cerita yang terkait dengan terapan matematika atau kehidupan sehari-hari,
justru soal bentuk cerita tidak mudah dipahami siswa atau diselesaikan oleh
siswa.
Yuwono (2001 : 2) menyatakan bahwa pembelajaran
matematika secara konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara
prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran, serta cenderung menggunakan
data yang ada tanpa memperhatikan konteks masalahnya.
secara umum gaya mengajar yang dilakukan oleh para
guru pada kelas awal adalah :
1.
pendahuluan, penjelasan, memberikan latihan,
memeriksa latihan, dan memberikan tugas
2.
kualitas buku lebih mengutamakan
pengertian prosedural daripada konseptual, dan kurang menyajikan konsep dalam
konteks yang bervariasi, sehingga siswa kurang dapat melihat manfaat dalam
kehidupan sehari-hari
3.
penyajian materi dalam buku teks
menggunakan sistem spiral mengacu pada sistem strukturalistik dan materi yang
disajikan seperti barang yang sudah jadi, yang siap ditransfer ke kepala siswa,
akibatnya siswa kurang mempunyai pengertian konseptual. Lebih jauh diperoleh
bahwa guru menggunakan buku teks sebagai instrumen, artinya guru menggunakan
buku teks sebagai sumber pelajaran, guru mengikuti halaman demi halaman yang
ada atau bersifat strukturalistik instrumental.
Dominasi metode ceramah dalam pembelajaran
matematika cenderung berorientasi pada materi yang tercantum dalam kurikulum
dan buku teks, serta jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan
masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat guru
menjelaskan materi, siswa cenderung diam serta mendengarkan apa yang dijelaskan
oleh guru.
Komentar
Posting Komentar