Masa
usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja.
Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan
kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas,
1976; Kaczman dan Riva, 1996, as cited in Syamsu Yusuf LN, 2014:71).
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut
adolescene, berasal dari bahasa Latin
adolescere yang artinya “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescene
sebenarnya memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,
1991, as cited in Ali dan Asrori, 2014:9).
Shaw
dan Costanzo (1985), remaja juga
sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi
intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu
mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan
karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (as cited Ali dan Asrori, 2014:9).
Menurut Salzman dan Pikunas (1976), remaja
merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kea rah kemandirian (independence), minat-minat seksual,
perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral
(as cited in Syamsu Yusuf LN, 2014:71).
Yusuf
LN (2014:26) memperinci masa ini menjadi beberapa masa, yaitu sebagai
berikut.
1.
Masa praremaja (remaja
awal)
Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu
relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif dengan gejalanya
seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara
garis besar sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu
a)
Negatif dalam prestasi,
baik prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan
b)
Negatif dalam sikap
sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif positif)
maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).
2.
Masa remaja (remaja
madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri
remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami
dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa
ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas
dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja
(mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala remaja
Proses terbentuknya
pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai
penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut
adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang
dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum
mempunyai betuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia
menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi
lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai
tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif
meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan
mamujanya dalam khayalan.
3.
Masa remaja akhir
Setelah remaja dapat menentukan pendirian
hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah
terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian
hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.
Komentar
Posting Komentar