Perkataan
critical berasal dari kata kritikos yang berati mempertimbangkan pengetahuan.
Kata kritikal memiliki arti kekeliruan dan mengandaian yang kurang tepat. Dalam
hal ini kemampuan berfikir kritis dapat dimaksudkan sebagai kemampuan menilai
suatu kebenaran atau kesesuain ide, menganalisis atau meniliti kebenaran,
kebaikan kelemahan sesuatu pernyataan dan membuat pertimbangan tentang
kebenaran peryantaan tersebut dengan mengunakan alasan dan bukti yang rasional.
Kemampuan berfikir kristis juga dapat memperluas ide dan pengetahuan (2007:
86).
Menurut Wijaya (2007:56), berfikir kritis adalah
kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya
ke arah yang lebih sempurna. Berpikir kritis juga mengandung aktivitas mental dalam
hal memecahkan masalah, menganalisis asumsi, memberi rasional, mengevaluasi,
melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan. Dalam proses
pengambilan keputusan, kemampuan mencari, menganalisis
dan mengevaluasi informasi sangatlah penting. Orang yang
berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat
kesimpulan berdasarkan fakta kemudian melakukan pengambilan keputusan. Ciri
orang yang berpikir kritis akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara
masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang
relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses terorganisasi dalam
memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan: merumuskan masalah, memberikan argumen,
melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan.
Dalam bidang pendidikan, berpikir kritis dapat
membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan
mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi,
termasuk argumentasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Jadi berpikir kritis
dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang
diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Berpikir yang ditampilkan dalam
berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Berpikir kritis merupakan salah
satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan
sistem konseptual siswa. Selain itu berpikir kritis siswa dapat dikembangkan
melalui pemberian pengalaman bermakna. Pengalaman bermakna yang dimaksud dapat
berupa kesempatan berpendapat secara lisan maupun tulisan seperti seorang
ilmuwan Kesempatan bermakna tersebut dapat berupa diskusi yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan
divergen atau masalah tidak terstruktur (ill-structured problem), serta
kegiatan praktikum yang menuntut pengamatan terhadap gejala atau fenomena yang
akan menantang kemampuan berpikir siswa.
Menurut Razali (2007:47), ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut:
1.
Kemampuan mengidentifikasi
Pada tahapan ini terdiri atas mengumpulkan dan menyusun informasi yang
diperlukan, mampu menentukan pikiran utama dari suatu teks atau script, dan
dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu pernyataan.
2.
Kemampuan mengevaluasi
Hal ini terdiri atas dapat membedakan informasi relevan dan tidak relevan, mendeteksi
penyimpangan, dan mampu mengevaluasi pernyataan-pernyataan.
3.
Kemampuan menyimpulkan
Hal ini terdiri atas mampu menunjukkan pernyataan yang benar dan salah,
mampu membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat atau pernyataan,
dan mampu merancang solusi sederhana berdasarkan naskah.
4.
Kemampuan mengemukakan pendapat
Hal ini terdiri atas dapat memberikan alasan yang
logis, mampu menunjukkan fakta – fakta yang mendukung pendapatnya, dan mampu
memberikan ide-ide atau gagasan yang baik.
Keterampilan berfikir telah menjadi
ungkapan yang bersifat genetik, mencakup proses belajar dan memecahkan masalah.
Para peneliti dan ahli kurikulum menekankan cara-cara yang berlainan dengan
menggunakan literatur. Maksudnya adalah untuk memberi nama dan memahami
benda-benda yang dilihat, dialami dan dirasakan. mereka menciptakan
urutan-urtan berfikir dan memecahkan masalah.
Menurut pendapat Rath et al (1996:
58) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Siswa
memerlukan kebebasan dan rasa aman untuk mengekspresikan argumentasi dan
keputusannya dalam kegiatan pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi berpikir kritis bagi siswa, diantaranya yaitu:
1.
Kondisi fisik
Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4), kondisi
fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani
kehidupan. Kondisi fisik yang kurang stabil maka akan berpengaruh pada situasi
berfikir siswa. Sebab dapat mengganggu konsentrasi dan berpikir cepat, karena
tubuhnya tidak memungkinkan untuk bereaksi ketika pembelajaran.
2.
Motivasi
Motivasi merupakan hasil faktor internal dan
eksternal. Motivasi adalah upaya untuk membangkitkan rangsangan seseorang agar
melakukan perilaku tertentu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Maka dalam hal ini harus ada minat. Sedangkan menciptakan
minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri demi
mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi terlihat dari kemampuan atau kapasitas
atau daya serap dalam belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, menentang
kondisi yang tidak mau berubah kearah yang lebih baik, mempergunakan kesalahan
sebagai kesimpulan belajar, semakin cepat memperoleh tujuan dan kepuasan,
mempeerlihatkan tekad diri, sikap kontruktif, memperlihatkan hasrat dan
keingintahuan, serta kesediaan untuk menyetujui hasil perilaku.
3.
Kecemasan
Keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan
ketakutan terhadap kemungkinan bahaya. Menurut Frued dalam Riasmini (2000:65)
kecemasan timbul secara otomatis jika individu menerima stimulus berlebih yang
melampaui untuk menanganinya. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif, memotivasi individu untuk belajar
dan mengadakan perubahan terutama perubahan perasaan tidak nyaman, serta terfokus
pada kelangsungan hidup dan destruktif menimbulkan tingkah laku maladaptif dan
disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik serta dapat membatasi
seseorang dalam berpikir.
4.
Perkembangan intelektual
Intelektual
atau kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang untuk merespon dan
menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain dan
dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Perkembangan intelektual tiap orang
berbeda-beda disesuaikan dengan usia dan tingkah perkembanganya.
Keterampilan
berfikir telah menjadi ungkapan yang bersifat genetik, mencakup proses belajar
dan memecahkan masalah. Para peneliti dan ahli kurikulum menekankan cara-cara
yang berlainan dengan menggunakan literatur. Maksudnya adalah untuk memberi
nama dan memahami benda-benda yang dilihat, dialami dan dirasakan. mereka
menciptakan urutan-urtan berfikir dan memecahkan masalah
Komentar
Posting Komentar