Kecemasan yang
dialami siswa pada mata pelajaran matematika sering disebut sebagai kecemasan
matematika (Mathematics Anxiety). Kecemasan terhadap matematika tidak
bisa dipandang sebagai hal biasa, karena ketidak mampuan siswa dalam
beradaptasi pada pelajaran menyebabkan siswa kesulitan serta fobia terhadap
matematika yang akhirnya menyebabkan hasil belajar dan prestasi siswa dalam
matematika rendah.
Kecemasan
matematika dapat diperparah karena kondisi pembelajaran dikelas yang kurang
menyenangkan. Faktor yang muncul dapat berasal dari desain pembelajaran yang
monoton atau dari kurang cakapnya guru matematika. Wahyudin (2010:21)
menyatakan bahwa kecemasan matematika seringkali tumbuh dalam diri para siswa
di sekolah, sebagai akibat dari pembelajaran oleh para guru yang juga merasa
cemas tentang kemampuan matematika mereka sendiri dalam area tertentu.
Ada
hubungan antara kecemasan matematika dengan prestasi siswa dalam matematika.
Prestasi dan hasil belajar matematika siswa secara terperinci dijabarkan dalam
beberapa penguasaan kemampuan matematis sesuai dengan jenjang pendidikan. Dalam
tujuan pendidikan matematika yang dikutip dari KTSP (Depdiknas 2006) pada poin
pertama yaitu siswa memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam menyelesaikan masalah.
Hal ini
menunjukkan bahwa tahap awal kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah
kemampuan mengkoneksikan konsep secara matematis yang pada akhirnya kemampuan
koneksi matematis ini menjadi prasyarat siswa dapat menguasai
kemampuan-kemampuan lain yang lebih tinggi. Penanaman ketrampilan siswa dalam
kemampuan koneksi matematis yang salah berpengaruh pada perjalanan
intelektualnya menuju kemampuan yang lebih tinggi. Permasalahan inilah yang
mendorong penulis untuk melakukan studi terkait pengaruh kecemasan matematika
siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa.
Komentar
Posting Komentar